How to Lead by Knowledge

23.8.11 2 comments
Semua pebisnis sepakat bahwa kemampuan leadership itu penting auntuk menjalankan suatu perusahaan. Akan tetapi walaupun semua sepakat, masih banyak yang belum paham seperti apa konteks leadership ini.

Ada beberapa tipe kepemimpinan :
1. Leading by power, memimpin berdasarkan posisi jabatan.
2. Leading by charisma, memimpin berdasarkan karisma yang dimiliki
3. Leading by knowledge, memimpin dengan pengetahuan

Satu tipe bukan berarti lebih baik jika dibandingkan tipe yang lain. Pahami kapan saat yang tepat untuk menggunakan berbagai tipe kepemimpinan ini, karena gabungan ketiganya akan membuat seorang leadr dapat memimpin dengan efektif.

Salah satu cara dalam memimpin adalah leading by knowledge, karena hal tersebut membuat tim yakin bahwa mereka sudah memiliki pemimpin yang tepat karena bisa menanyakan apapun.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk memimpin dengan cara ini :

1. Bangun kredibilitas dengan menambah pengalaman dan selalu melek informasi. Pemimpin adalah tempat belajar dan bertanya bagi semua anggota tim. Kalaupun ada hal yang tidak diketahui, segera cari informasinya di berbagai media yang ada secepatnya.

2. Saat krisis adalah saat yang tepat untuk mengimplementasikan teknik kepemimpinan ini. Buat keputusan yang cepat , sosialisasikan dan kawal implementasinya. Memberikan bukti nyata adalah cara yang sangat efektif.

3. Pahami apa yang menjadi concern utama di antara anggota tim, jika ada salah satu mereka yang kurang paham dengan tugasnya, segera dampingi tanpa harus diminta

4. Jangan over dalam mempresentasikan keahlian yang dimiliki. Gap yang terlalu besar kadang justru membuat demotivasi dan membuat anggota tim sangat tergantung dengan keputusan pemimpinnya dan justru mematikan kreativitas serta inisiatif dalam kerja.


Apa yang sebenarnya dicari oleh para investor

15.8.11 2 comments
Investor....kata yang sering disebut dan dicari keberadaannya oleh para pengusaha khususnya pengusaha pemula atau yang berada pada tahap early stage. Banyak yang tahu artinya tapi kadang pada saat diberi kesempatan untuk bertemu, tidak tahu apa sebenarnya yang investor inginkan.

Sebenarnya ada beberapa hal yang ingin dilihat oleh investor, khususnya investor profesional :

1. First of all, it's not about the business. It's about who we are
Banyak pengusaha yang pada awal bertemu investor terlalu bersemangat dalam menjelaskan tentang bisnisnya, tanpa mempersiapkan tim pelaksananya. Akan tetapi yang dilihat investor pertama kali adalah siapa kita sebenarnya? Apakah kita layak dibiayai? Seperti apa track recordnya? Bagaimanapun juga every business is about people business. Donald Trump pun pernah berujar bahwa I never bet on business, i bet on people.

TIPS : jika kita merasa track record kita belum cukup menjual, cari leverage. Pekerjakan orang yang punya track record (dengan sistem gaji atau share saham) atau cari beberapa advisor yang berpengalaman yang mau untuk mendampingi kita dalam menjalankan bisnis.

2. Clear business model
Hal kedua yang terpenting adalah seperti apa business model nya? Singkatnya adalah seperti apa alur bisnis tersebut dari proses pemilihan bahan baku sampai menjadi produk jadi dan sampai di tangan konsumen, berikut dengan alokasi biaya dan proyeksi pendapatannya. Disini mulai berbicara teknis, dan kita harus bisa mempertahankan semua asumsi yang kita buat dalam proyeksi bisnis.

TIPS 01 : Ada banyak penjelasan tenting business model di internet, salah satunya bisa dilihat disini. Saya juga akan membahas lebih detail tentang hal ini di sesi khusus di blog ini.

TIPS 02 : Bagi pemilik Ipad, ada aplikasi khusus yang membantu kita untuk membuat business model berikut dengan penjelasan singkatnya. Hasil akhirnya adalah menciptakan business model hanya dengan satu halaman presentasi, detailnya bisa dilihat disini.

3. Is it scalable?
Ini menjadi penting karena investor ingin mengetahui seberapa cepat bisnis yang kita tawarkan akan berkembang. Apakah bisnis ini bisa diduplikasikan di daerah yang lain atau tidak ? Seberapa cepat proses penduplikasiannya? Berapa lama perkiraan bisnis ini akan growth sebelum mencapai masa mature dan kemudian memasuki fase decline? Tentunya ini berkaitan dengan tingkat pengembalian keuntungan yang diharapkan oleh para investor.

TIPS 01 : Tingkat pertumbuhan sangat tergantung dengan jenis bisnisnya. Sebagai contoh, industri ICT harus mampu tumbuh lebih cepat dari bisnis kuliner atau consumer goods karena karakter bisnisnya yang sangat cepat berubah.

TIPS 02 : Rata rata tingkat pengembalian yang diharapkan memiliki nilai IRR (Internal Rate of Return) sebesar 30%

4. Are there any exit strategy
Tergantung tipikal investornya, ada investor yang memiliki strategi buy and hold, ada juga yang memiliki strategy buy,build and sell. Tapi apapun tips investornya ada baiknya kita memberikan opsi exit strategy yang bias mereka tempuh. Ada beberapa macam exit strategy yang sering digunakan, mulai dari buy back strategy, second stage investment, equity to loan capital, sampan dengan IPO (Initial Public Offering). Semua tergantung dari typical investor yang dihadapi. Rata - rata investor professional memiliki time frame antara 5 - 7 tahun, tergantung karkter bisnis dan negosiasi dengan investornya.

TIPS : mencari info tentang invastor yang dihadapi sangat krusial agar kita bisa mengatur strategi penawaran seperti apa yang akan kita tawarkan ke mereka.


Hal diatas adalah beberapa komponen yang menjadi pertimbangan bagi para investor sebelum melakukan investasi. Banyak juga investor yang tidak begitu memperhatikan hal diatas, khususnya investor individu. Akan tetapi ada baiknya kita selalu siap tentang pertanyaan diatas karena kita tidak pernah tahu kapan kesempatan itu datang. Yang bisa kita pastikan adalah kita sudah siap kapanpun kesempatan itu datang :)


Catatan dari acara GEPI dan RES

2.8.11 2 comments
Sesuai dengan janji saya kepada ketua TDA Surabaya , mas Adit untuk sharing tentang acara Regional Entrepreneurship Summit (RES) di Bali yang diadakan oleh GEPI ( Global Entrepreneurship Program Indonesia) dan dihadiri oleh Eric Schmidt (CEO Google) dan Hillary Clinton :)

RES adalah rangkaian acara yang diadakan oleh GEPI, dimana sebelumnya juga diadakan kompetisi bisnis, dimana peserta dihadapkan oleh 12 orang juri yang semuanya berasal dari US dan berprofesi sebagai Angel Investor / VC (Venture Capitalist) / PE (Private Equity). Kebetulan saya juga termasuk salah satu finalist yang terpilih.

GEPI adalah bentukan dari Barrack Obama, yang tujuannya adalah mengembangkan enterpreneurship khususnya di emerging market, dan Indonesia adalah negara kedua setelah Mesir.

Acara RES dihadiri oleh ratusan pengusaha dunia, dan mayoritas dihadiri oleh pengusaha Indonesia. Disana juga dihadiri oleh banyak pengusaha besar Indonesia yang juga didapuk untuk sharing dihadapan peserta.

Inti dari acara tersebut adalah bahwa semua sepakat bahwa Indonesia adalah pasar yang sangat besar, bahkan diprediksi tahun 2030 Indonesia akan menjadi lima besar ekonomi dunia. Tahun 2011 GDP Indonesia diprediksi mencapai $ 3.000 , bahkan di Jakarta saat ini sudah mencapai GDP $ 5.000. Menurut banyak ahli titik $ 3.000 adalah sinyal, dimana akan muncul kelompok middle class society yang cukup besar dan mereka memiliki high buying power.

Permasalahannya adalah dengan potensi yang sedemikian besar, banyak pengusaha Indonesia yang belum sadar dan merasa cukup dengan apa yang diperoleh saat ini. Dengan semakin tingginya kompetisi usaha dan diiringi oleh globalisasi, pengusaha kita tidak hanya berkompetisi dengan pengusaha lokal lainnya, akan tetapi juga oleh pengusaha Internasional.

Sekedar gambaran kecil, saya beberapa kali diundang oleh pemerintah Malaysia dalam acara buying mission, dan disana ratusan, bahkan ribuan produk Malaysia sudah siap untuk masuk, tinggal mencari lokal partner yang siap untuk diajak kerjasama. Jadi saat ini pengusaha kita juga harus smart secara ilmu, bukan hanya mengandalkan koneksi dan keberuntungan. Saatnya kita munculkan brand / produk lokal yang bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan berbicara banyak di kancah industri global.

Akan menjadi bahaya jika Indonesia hanya menjadi market konsumsi yang besar akan tetapi tidak diiringi dengan tumbuhnya industri lokal, karena Indonesia dengan populasi yang sangat besar, tidak bisa menjadi negara trader seperti Singapura, karena kita butuh untuk membuka lapangan kerja yang banyak agar terjadi pemerataan ekonomi, dan tidak hanya dikuasai oleh sebagian kecil orang.

Dengan potensi ini maka para delegasi US menjajaki kemungkinan untuk menanam investasi di negeri tercinta ini. Dan salah satu pemenang kompetisi GEPI langsung mendapat komitmen investasi yang katanya mencapai $ 1juta dan bisnis yang dibiayai adalah startup, bukan skala growth. Ini membuktikan bahwa para investor luar tidak hanya tertarik untuk menanam investasi dalam skala besar, akan tetapi juga skala menengah. Dan investasi itu berupa equity investment, bukan loan investment.

Selain dari siapnya infrastruktur dan personal development, inilah salah satu hal penting yang dibutuhkan oleh pengusaha Indonesia saat ini. Untuk pembiayaan, bank bukanlah opsi, khususnya perusahaan yang berada di posisi start up atau early growth stage. Joke seorang pengusaha Malaysia mengatakan "banks only lend you an umbrella when there is a sunshine and they take it back when it rains ". Dan pada saat investor sudah siap, pastikan kita sudah siap dengan perencanaan bisnis kita, because when you fail to plan, you'll plan to fail ( tidak usah memperdebatkan otak kanan or otak kiri, yang jelas menggunakan seluruh kemampuan otak kita jauh lebih baik daripada menggunakannya setengah2 :P )

Thanks
Andi Sufariyanto

PourVous Natural Body Care

Mampukah kita menjadi tuan rumah di negeri sendiri?

20.12.10 2 comments
Saat ini banyak kita temui terutama di kota2 besar, semakin berkembangnya kalangan menengah, baik secara kuantitas maupun kualitas. Para pemasar pun banyak menganalisa topik ini, karena di level ini adalah pangsa pasar yang gemuk dan memiliki kemampuan daya beli yang cukup tinggi. Begitu pun dengan pemilik merk, mereka berlomba lomba untuk mengkomunikasikan merk mereka agar dipahami oleh kaum urban ini, karena potensinya yang luar biasa. Dan ini disambut gembira oleh pemerintah karena dapat menggerakkan perekonomian nasional

Akan tetapi sayangnya, saat ini perkembangan kaum urban lebih banyak di sisi gaya hidup/lifestyle. Hal ini ditunjang juga dengan akses informasi yang semakin merajalela, mulai dari media cetak sampai dengan media elektronik. Konsumen banyak dimanjakan oleh berbagai barang yang canggih dan mahal dan membuat mereka merasa harus memilikinya walaupun sebenarnya tidak membutuhkannya. Belum lagi pengaruh kultur gengsi yang cukup menjadi makanan empuk bagi para pemasar turut "memperparah" keadaan ini.

Apa sebenarnya efek negatif dari "booming" ini? Faktanya adalah walaupun secara pasar Indonesia sudah siap, akan tetapi secara produsen/manufaktur kesiapannya jauh dari kata siap, apalagi industri UKM. Banyak sekali faktor pemicunya, mulai dari pemerintah, infrastuktur sampai dengan mindset pebisnis itu sendiri. Makanya saat ini bisa kita saksikan kaum urban lebih memilih "dijamu" oleh banyak merk asing, baik berupa produk ataupun jasa.

Sebagai contoh dari sektor wisata, bisa kita survey persentase orang Indonesia yang sudah penah ke Singapore atau Malaysia, akan tetapi belum pernah ke Lombok atau Raja Ampat. Menyedihkan memang, apabila globalisasi konsumsi tidak diiringi dengan globalisasi industri. Tentunya hal terakhir yang ingin kita lihat adalah rakyat Indonesia hanya menjadi penonton, sementara pelakunya didominasi oleh orang asing. Korea adalah contoh nyata apa yang terjadi jika industri lokal diiringi dengan konsumsi lokal yang tinggi.

Saatnya menjadi konsumen sekaligus pelaku bisnis yang cerdas......Apakah yang saya lakukan bermanfaat untuk Indonesia dan juga baik untuk saya ??

Simply Love Indonesia

Location:Jalan Semampir Selatan 5a,Surabaya,Indonesia

Visi, ikhtiar dan ikhlas

7.8.10 1 comments
Kejadian yang berlangsung pada saat shalat jum'at di mesjid Al ihsan, daerah Dempo, Jakarta. Saat itu jamaah menyesaki masjid yang ukurannya tidak seberapa besar. Alih-alih mendapatkan shaf,akhirnya saya harus puas untuk duduk di salah satu anak tangga masjid tersebut. Sambil mendengarkan khotib ceramah, pandangan saya menyusuri seluruh ruangan di dalam masjid tersebut untuk mencari shaf yang masing memungkinkan untuk saya tempati.
Jamaah semakin padat menyesaki masjid tersebut. Tiba- tiba pandangan saya berhenti di satu titik shaf bagian tengah. "Hmm....sepertinya itu tempat yang saya inginkan", itulah yang namanya VISI.
Kemudian saatnya menyusun strategi jalan mana yang akan saya tempuh untuk mencapai posisi itu. Jalan yang paling sedikit hambatannya, sehingga mempercepat langkah saya untuk sampai ke tujuan. Yupp....saya harus berkompetisi dengan ratusan jamaah lain yang juga harus antri untuk mendapatkan shafnya........itu namanya IKHTIAR.
Sembari mendengarkan khotib lagi, sekilas ada pikiran......bagaimana kalau saya gagal? Bagaimana kalau setelah saya maju ke depan, ternyata tidak ada tempat sama sekali? Haruskah saya membuat target yang lebih masuk akal, seperti mengambil koran bekas dan shalat di luar seperti para jamaah lain yang tidak mendapatkan shaf di dalam? Doa pun saya panjatkan...."Ya Allah, berikanlah hamba kesempatan untuk shalat di shaf yang hamba inginkan....atau tempat dimanapun yang menurut Engkau paling baik...". Itu namanya IKHLAS.
Setelah khotib selesai ceramah, qomat pun berkumandang.....saatnya eksekusi. Berlombaan dengan puluhan ( kalau tidak ratusan ) jamaah lain yang berebut untuk mendapatkan shaf yang tersisa. Shaf demi shaf saya lalui sampai akhirnya menemukan tempat yang hanya pas untuk satu orang....Alhamdulillah. Setelah tenang, saya melihat sekeliling..terlihat beberapa jamaah yang belum beruntung dan harus mau untuk shalat di area parkir. Kemudian saya perhatikan shaf tempat saya berdiri saat ini, ternyata shaf yang persis sama dengan tempat yang saya bayangkan padasaat duduk di anak tangga tadi......Subhanallah. Ketika hendak mengucapkan niat, ternyata di depan saya masih ada tempat yang kosong. Yesss....lebih maju satu shaf dari target yang ditetapkan. Mungkin memang ini tempat yang terbaik bagi saya.
Setelah shalat pun saya merenung, kalau tadi saya bisa....harusnya di hal lain juga bisa, seperti dalam urusan bisnis. Now, it's time to get action.

Ada gula ada semut

24.6.10 0 comments
Beberapa hari ini saya sedang kecanduan mengutak-atik Ipod Touch saya dan tentunya rajin shopping di Apps Storenya Itunes. Tak terasa ratusan ribu atau malah sampai jutaan biaya yang harus saya keluarkan untuk belanja di Itunes ini.
Bagi Apple, untuk sampai ke tahap ini tentunya bukan perkara mudah. Setelah dibombardir oleh Bill Gates dan Microsoftnya, rasanya sekarang saatnya bola itu berputar. Microsoft semakin hari semakin pusing dengan gebrakan yang dilakukan oleh Apple karena sangat menggerogpti bisnis yang mereka jalankan. Belum lagi Microsoft juga harus head to head dengan grup Google dan jaringannya.
Kesuksesan Apple dengan Ipadnya berbanding terbalik dengan Microsoft yang sampai saat ini belum juga merilis komputer tabletnya walaupun rumornya sudah ada dari dulu, dan sudah sempat menjadi topik hangat di Youtube.
Pelajaran yang saya dapat disini adalah, dari awal Apple memberi akses seluas luasnya kepada developer independen untuk ikut berkontribusi dan berbagi keuntungan dengan berjualan di Itunes. Belum lagi di Itunes kita juga bisa membeli music, film, bahkan serial TV. Dan jangan lupa kekuatan dari Podcastnya yang rata rata gratis. Jadi Apple tidak bisa besar sendiri, dia bisa besar jika membuat bisnis lain juga ikut besar. Dan begitu gulanya sudah terlihat, tidaklah sulit untuk membuat semut untuk ikut berkumpul.

- Posted using BlogPress from my iPhone